terlalu berlebih hidup tanpa rasa sakit

Teriakan cempreng menembus dinding kamarku, menghapus bunga tidurku dan jelas merusak gendang telingaku.

“ Saaaayaaaaaaang.”,Uni berteriak nyaring memasuki kamarku, melompat ke kasur dan hampir membuatku remuk karenanya .

“ Ulet bulu, berisik !” aku mengamuk melempar bantal tepat di kepala jenongnya.

Tiba-tiba aku terbangun , terjatuh dari kasur . Ternyata itu mimpi , tidak ada Uni yang membangunkanku . Sedikit lega karena hari ini aku ingin menyelesaikan cerpen tentang kisah klasik sekolahku . Sahabatku ini pasti berteriak dan selalu berkomentar setiap kali ku ketik tingkah konyolnya .Segera ku duduk manis mengetik cerpen dan membuka facebook .

“ Sombong.”, untuk kesekian kali dia menyapaku di chat dengan kata itu .

“ Siapa yang sombong, ngaco?”, ku ketik dengan kesal

Tidak kupungkiri aku pun penasaran dengan sosoknya , tapi tidak pernah aku mencoba manis membalas chat darinya .

“ Kamu , sombong sama aku ?”

“ Aku ga sombong . Suka banget bilang sombong .”

“ Kamu jarang bales chat aku . huh.”

“ Maaf , lagian kamu bilang sombong terus . wee . ”

Pembicaraan semakin hangat seakan telah lama aku mengenalnya , bertanya menjawab apa pun walau hanya menanyakan hal-hal sepele . Aku mulai menyukai obrolan itu mungkin menikmatinya . Selalu ku sempatkan untuk online sekedar untuk menyapanya . Kami seakan telah lama berteman bahkan selalu bercerita tentang apa yang ku alami setiap harinya . Sebenarnya tidak pernah aku tahu bagaimana dia , karena tidak pernah aku mencari siapa dia . Aku hanya tahu dia satu sekolah denganku .

“ Sombong.” , sapanya di chat .

“ Loh, kenapa?”, tanyaku heran .

“Sombong, kalau di sekolah .”, adunya .

“Maaf , aku ga liat .”, elakku berbohong .

Rasa penasaran untuk mencari tahu sosoknya pun kembali muncul . Kutanyakan tentangnya pada sahabatku yang ternyata mengenalnya . Ghetyo Fendhy , itu ternyata nama lengkapnya . Pria berkulit hitam manis dengan senyum lesung pipit yang sangat menarik perhatianku .

Satu kata yang sulit terucap hingga batinku tersiksa. Tuhan, tolong aku jelaskanlahperasaanku berubah jadi cinta , handphoneku berdering .

Syha , ini Ghetyo, sms masuk .

Sontak aku teriak bahagia , sejak itu handphoneku selalu berdering dan inbox penuh dengan nama Ghetyo Fendhy , Ghetyo Fendhy , Ghetyo Fendhy . Sudah ku pastikan dia pangeran untukku.

Lebarkan sayap , kututup buku tentang semua yang pernah membuat hatiku terkunci karena semua luka yang pernah tergores dalam . Ku ambil buku kecil , buku yang akan terisi dengan cerita dongeng paling indah. Pangeran Ghetyo dan Putri Sisyha .

“ Mba Syha , kamu jadian sama Ghetyo ? ”, sahabat kecilku terkejut .

Dia ceritakan semua tentang Ghetyo , tentang betapa Ghetyo menyayangi seorang gadis yang pernah mengisi hatinya sebelum aku atau mungkin hingga kini , karena mungkin sebenarnya tidak pernah ada aku di hatinya .

“ Aku siap kehilangan .”, jawabku tegas .

Sahabat kecilku hanya menghela napas mendengar jawabanku . Sejak aku ketahui semua itu , aku berusaha menutupi semua dari Ghetyo , seakan tidak pernah ada yang aku tahu tentang dia dan gadis impiannya . Ku tegarkan semua karena tidak akan pernah mau lagi aku terpuruk dalam cerita dongeng yang ku tulis sendiri seperti dulu . Tidak pernah ada rasa ragu untuk menghadapi kenyataan bahwa bukan aku .

Reniee Hanaya , gadis impian pangeranku . Putri untuknya , aku hanya upik abu yang diberi kesempatan mejadi putri sesaat . Aku mulai berteman baik dengannya . Terkadang membicarakan Ghetyo . Diam-diam ku bujuk dia untuk kembali pada Ghetyo . Aku tahu Ghetyo sangat mencintainya . Tapi Naya selalu memberi semangat, aku harus bertahan bersama Ghetyo, karena ternyata aku salah . Bukan Naya putrinya , ada putri yang sesungguhnya selalu ada di hati Ghetyo . Bukan aku ataupun Naya . Cerita mengalir dari bibir kecil Nanya tentang putri tersebut . Itupun salah satu alasan Naya menyerah saat bersama pangeran kami . Lagi-lagi aku hanya terdiam , berusaha sekuat tenaga bersikap wajar pada Ghetyo. Aku tahu Ghetyo selalu memberi perhatian pada putri . Aku tahu bagaimana dia ketakutan saat tahu putri ingin meninggalkannya . Aku tahu terluka hatinya saat putri tidak memberi kesempatan untuk bersanding dengannya . Aku tahu , aku paham , aku mengerti apa yang dia rasakan . Karena kini aku sedang merasakan apa yang dia rasakan . Aku resah saat aku tahu dia tidak menanyakan kabarku tapi berusaha mencari kabarnya . Aku merasakan sesak mendalam saat aku tahu pikiranmu hanya dia bukan aku . Aku lelah terus melihatmu memandangku dengan tatapan kosong dan mengiba karena kehilangannya . Aku benci dengan semua kebodohanku karena hanya ingin dia bahagia .

“ Ghetyo sayang teteh !” Naya mencoba meyakinkan .

“ Ga , usah maksa ah kamu de . Teteh bukan anak kecil ”, jawabku .

“ Biar aku yang marah sama Ghetyo ,teh !” amuk Naya .

“ Teteh masih kuat sabar dan diam !” tegasku .

“ Naya , ga suka teteh diginiin , biar dia sadar teh !”, tuntutnya .

Akhirnya Ghetyo tahu , aku dekat dengan Naya . Amarahnya meledak , entah apa yang membuatnya begitu marah . Tapi dia tidak pernah melarangku . Itu yang aku suka dia tidak pernah memaksa atau bisa dibilang tidak peduli . Tetapku tersenyum hangat saat ghetyo menyapaku .

“ Kenapa ko senyumnya kecut ?” tanyanya heran .

“ Maag ”, rengekku

“ Tuh , kan ” , jawabnya singkat .

“ Putri sakit tuh ”, iseng menggodanya .

“ Aku ga suka kamu kaya gini ,” tegasnya .

“ Aku juga ga suka ! aku juga mau kamu perlakuin sama kaya putri !”

Dingin , hanya rasa putus asa saat kata itu akhirnya keluar dari bibirku . Entah apa yang akan terjadi setelah ini . Diamku selama ini hanya karena tidak ingin kehilangan rasa ini. Tatapan kosongnya lagi yang harus ku lihat sekarang . Gejolak resah terus memunjak karena aku harus sadar harus ada gadis yang dia bayangkan dalam tatapannya . Itu bukan diriku .Lelah, itu kata yang pantas untuk semua kediamanku. Ketika tidak ada yang perlu lagi dilakukan. Untuk apa aku terus mencoba melakukan ? Ketika arus terlalu kuat untukku lalui , itulah saatnya aku mengalir bersama arus . Ketika aku tidak sanggup untuk menahan , harus ku katakan aku menyerah .

“ Aku menyerah.”ucapku lirih .

“ Maksudnya ?”, tanyanya heran .

“ Cukup aku melawan semua rasa sayangmu untuknya . Tidak akan pernah lagi kuat untukku menatap tatapan kosong yang hanya kau isi dengan wajahnya”, jelasku.

“ Maaf, aku tahu rasa bersalahku tidak akan mengembalikan semuanya”, ucapnya tertunduk.

“Rasa bersalah itu seperti memandang tembok bata masa lalu kita dan hanya melihat beberapa bata yang tidak tersusun rapi. Harus ku akui tetap ada bata yang tersusun rapi pada bagian tembok lain . itu cukup manis bagiku, terimakasih

”, ucapku seraya kutinggalkan dia.

Senyum kecil mengembang di bibirku saat ku langkahkan kaki untuk pergi menjauhinya . Kebebasan dirinya untuk tidak terus berpura-pura kepadaku. Untuk tidak menahan semua asa dengannya .

“ Aku sayang tuan putri .”

“ Bukan aku tuan putrinya.”

Kini ku hanya ingin lepaskan semua. Tidak ingin lagi ku menoleh ke belakang untuk melihatnya . Kesalahan bagiku tetap menahannya denganku. Terlalu berlebihan untuk hidup tanpa rasa sakit. Salah berharap untuk hidup tanpa rasa sakit. Rasa sakit telah membuatku seperti ini. Tetap tersenyum manis dan berterimakasih karena aku pernah merasakan sakit untuk menghadapi kelanjutan hidupku. Ku alunkan terus kakiku meninggalkannya yang tidak akan pernah berlari mengejarku, menahanku untuk tidak pergi. Ini awal kemerdekaannya . Ku pasang headphone ditelingaku , bersenandung meninggalkan kekasihku.

Oh…

Haruskah ku benamkan diri meratapi

Tenggelam sesali yang terjadi

Tersisa bersama hampa asa

Oh…

Kini ku hanya ingin lupakan semua

Mengenangmu menyesakkan jiwa

Kan ku hapus air mata

Hingga ku dapat sembuhkan luka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar